Selasa, 21 Januari 2025

PERJALANAN MENYUSURI KEINDAHAN PULAU PELING BANGGAI KEPULAUAN

 

Sedikit melangkah keluar dari hiruk-pikuk perkotaan, kami menuju kawasan kepulauan yang dikenal dengan nama Pulau Peling atau lebih akrab disebut Banggai Kepulauan. Bersama Anggota Burung Indonesia, Mas Jihad, perjalanan kami dimulai dari Kota Palu menuju Kota Luwuk, Kabupaten Banggai. Perjalanan darat ini memakan waktu sekitar 13 jam.

Dalam perjalanan, kami menyempatkan diri untuk beristirahat sejenak di Cagar Alam Pangi-Binangga, yang oleh masyarakat setempat sering disebut "Kebun Kopi." Saat istirahat, salah satu anggota kami melihat burung endemik Sulawesi, Julang Sulawesi (Rhyticeros cassidix), melintas di atas kepala kami sekitar pukul 16.00 WITA. Menurut International Union for Conservation of Nature (IUCN), status konservasi burung ini adalah rentan (vulnerable). Julang Sulawesi juga dikenal sebagai "Petani Hutan" karena kebiasaan makan biji-bijian yang kemudian tersebar melalui fesesnya, membantu regenerasi hutan secara alami. Unik, bukan? Ribuan hektare hutan yang tumbuh bisa jadi merupakan hasil kerja keras burung ini.

Setelah beberapa menit istirahat, kami melanjutkan perjalanan melewati pegunungan di kawasan Cagar Alam Pangi-Binangga. Kami melihat sekelompok Monyet Hitam Tonkean (Macaca tonkeana) berkumpul di pinggir jalan. Spesies ini juga endemik Sulawesi. Sayangnya, terganggunya habitat telah memaksa mereka mendekati jalan raya, di mana masyarakat sering memberi makan berupa roti, pisang, biskuit, kacang, dan makanan khas seperti lalampa. Kebiasaan ini membuat monyet kehilangan insting alaminya untuk mencari makanan sendiri dan semakin bergantung pada manusia. Meskipun terdapat papan peringatan untuk tidak memberi makan, aturan ini sering diabaikan oleh para pengguna jalan. Kondisi ini menjadi tantangan besar bagi pihak terkait untuk lebih proaktif menjaga keberlangsungan hidup satwa liar di Cagar Alam Pangi-Binangga.

Keindahan Salodik dan Kota Luwuk

Perjalanan berlanjut dari Parigi menuju Luwuk. Sekitar pukul 07.00 WITA, kami berhenti di Air Terjun Salodik untuk menikmati keindahan alam yang Tuhan ciptakan. Air terjun ini dikenal memiliki bentuk bertingkat dan dapat ditempuh dalam waktu sekitar 30 menit dari Kota Luwuk. Pemandangannya sangat memukau.

Sekitar pukul 08.00 WITA, kami melanjutkan perjalanan menuju Luwuk, melintasi perbukitan Gunung Tompotika. Setibanya di Luwuk, kami langsung disambut oleh julukan kota ini sebagai "kota berair" karena banyaknya destinasi wisata air, seperti Air Terjun Piala, Air Terjun Salodik, dan Air Terjun Mokokawa. Kota ini juga dikenal dengan slogannya Pinasa (Pia Na Sampah Ala), yang berarti "Lihat Sampah, Ambil." Berkat slogan ini, Luwuk berhasil meraih trofi Adipura.

Menuju Banggai Kepulauan

Dari Luwuk, kami melanjutkan perjalanan ke tujuan utama, yaitu Kabupaten Banggai Kepulauan. Perjalanan laut dimulai dari Pelabuhan Rakyat Luwuk menuju Kota Salakan dengan menggunakan kapal, yang memakan waktu sekitar empat jam. Meski lelah, pemandangan alam sepanjang perjalanan mengobati segala rasa penat. Lumba-lumba yang berenang mengiringi kapal dan matahari terbenam dengan warna jingga yang menawan seolah menutup hari dengan senyuman alam.

Kami tiba di Pelabuhan Salakan sekitar pukul 19.00 WITA. Keesokan harinya, kami menghabiskan waktu untuk berjalan-jalan menikmati suasana Kota Salakan yang tenang, bersih, dan penduduknya yang ramah—sangat berbeda dengan Kota Palu yang penuh polusi.

Petualangan Menuju Kokolomboi

Petualangan kami dimulai bersama tim yang terdiri dari Rifaldi, Ansar, Fandy, dan Sahrul. Kami berangkat dari Salakan menuju Desa Leme-Leme Darat, tepatnya Dusun Kokolomboi, menggunakan sepeda motor. Dusun ini terletak di pegunungan, dengan akses jalan yang cukup ekstrem karena harus melewati tanjakan terjal dengan tanah dan batu licin.

Dusun Kokolomboi telah ditetapkan sebagai Kawasan Taman Keanekaragaman Hayati karena melimpahnya spesies endemik di sana, seperti Gagak Banggai (Corvus unicolor), Serindit Sula (Loriculus sclateri), dan Gosong Sula (Megapodius bernsteinii), serta banyak lagi spesies unik lainnya.

Pesona Wisata di Banggai Kepulauan

Banggai Kepulauan dikenal memiliki 95% kawasan batuan karst, sehingga terdapat banyak destinasi wisata alam yang wajib dikunjungi, seperti Danau Paisu Pok, Paisu Batangao, Danau Tendetung, dan gua-gua yang menakjubkan.

Perjalanan ini bukan sekadar eksplorasi keindahan alam, tetapi juga menjadi pengingat akan pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem dan kelestarian satwa liar. Keberagaman hayati yang kami temui, mulai dari burung endemik hingga monyet tonkean, adalah kekayaan yang harus kita lestarikan bersama. Banggai Kepulauan menawarkan pesona luar biasa, dari kekayaan flora dan fauna hingga keindahan bentang alamnya, sekaligus menjadi panggilan bagi kita semua untuk lebih peduli terhadap lingkungan. Semoga perjalanan ini dapat menginspirasi lebih banyak pihak untuk berkontribusi dalam melindungi warisan alam Indonesia.

[Rifaldi Ayahu_Porhyrio indicus]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar