Sumber: carnivora.net |
Seorang misionaris Katolik sekaligus
arkeolog asal Belanda bernama Theodor L. Verhoeven, SVD (1907 – 1990)
melaporkan hasil temuan yang mengejutkan pada tahun 1950an – 1960an di beberapa
lokasi di Flores. Salah satu lokasi paling penting dalam laporannya adalah gua
gamping Liang Bua, yang terletak di Desa Liang Bua, Kecamatan Rahong Utara,
Kabupaten Manggarai, NTT. Temuan itu adalah fosil alat -alat batu dan fosil Stegodon
yang diperkirakan berusia 800.000 tahun. Verhoeven lantas berpendapat bahwa
jauh sebelum manusia modern ada, manusia purba Homo erectus telah mencapai
pulau Flores pada sekitar 750.000 tahun lalu. Sayangnya, hingga Verhoeven
meniggal dunia, hipotesisnya diabaikan oleh para ilmuwan dan arkeolog dunia.
Baru pada akhir 1990-an, setelah dilakukan proses pengujian atas kerjasama
Indonesia – Belanda, akhirnya hipotesis Verhoeven mulai diterima.
Pada tahun 2001, eksavasi pertama dilakukan
di Liang Bua oleh tim gabungan Indonesia yang dipimpin oleh Raden Pandji
Soejono dari Badan Arkeologi Nasional dan Australia yang dipimpin oleh Mike
Morwood dari Universitas New England. Pada 2003, eksavasi ini berhasil
menemukan fosil spesies manusia baru dan terkecil di dunia berusia 17.000
tahun, yang dikenal dengan nama Homo floresiensis dan populer disebut Hobbit
Flores.
Kehebohan dan diskusi yang panjang terkait
penemuan fosil manusia ‘Hobbit’ di Liang Bua berimbas pada minimnya publisitas
bagi penemuan fosil satwa mengejutkan di lokasi yang sama. Penemuan itu antara
lain fosil Stegodon florensis dan Stegodon sondaari yang keduanya merupakan
spesies Gajah purba berukuran kecil.
Pada Juni 2009, Hanneke J.M. Meijer dari
Nationaal Natuurhistorisch Museum Naturalis, Leiden, Belanda dan Rokus Awe Due
dari Badan Pusat Arkeologi Nasional mempublikasikan jurnal berjudul “A new
species of giant marabou stork (Aves: Ciconiiformes) from the Pleistocene of
Liang Bua, Flores (Indonesia)”. Meijer dan Due telah mengkhususkan penelitian
mereka pada hasil eksavasi berupa material – material satwa dari lokasi
penggalian H. floresiensis di Liang Bua.
Dalam
jurnal yang dipublikasikan Zoological Journal of the Linnean Society
pada tahun 2010 itu, eksavasi yang lebih dalam telah menggapai material –
material yang lebih kompleks yang secara otomatis menunjukkan usia material
yang lebih tua. Pada kedalaman 4.25 m – 4.70 m ditemukan material fosil jenis
Aves yang diperkirakan berusia 20.000 – 50.000 tahun.
Kepada Emma Brennand, reporter BBC Earth
News pada 2010, Meijer mengaku terkejut dengan penemuan fosil yang diketahui
sebagai burung Bangau Raksasa ini.
Sesuatu yang tidak pernah ada dalam benaknya bahwa ada fosil Bangau
sebesar itu di antara fosil – fosil burung yang sedang ditelitinya.
Material-material yang ditemukan kemudian
secara morfologi dan biometrik dibandingkan dengan bagian-bagian spesies
Leptoptilos dan Ephippiorhynchus dari Nationaal Natuurhistorisch Museum
Naturalis – Leiden, Institut Royal des Sciences Naturelles de Belgique –
Brussel dan Natural History Museum – London.
Hasil pengujian dan analisis menyimpulkan
bahwa fosil yang ditemukan merupakan spesies Leptoptilos (Bangau) raksasa
dengan tinggi mencapai 1.8m dan bobot sekitar 16 kg. Perbandingan osteologis
antara spesies Leptoptilini yang masih ada serta fosil Leptoptilini yang lain
dengan penemuan di di Liang Bua, akhirnya membawa Meijer dan Due sampai pada
kesimpulan akhir bahwa Leptoptilini di Liang Bua adalah spesies baru yang telah
punah yang diberi nama Leptoptilos robustus.
Ukuran tubuh Leptoptilos robustus juga
telah menjadi diskusi yang hangat di antara para peneliti satwa. Sebagaimana H.
floresiensis yang memiliki tinggi badan hanya 1 meter berbanding tinggi Leptoptilos robustus 1.8 meter,
memperlihatkan betapa menakjubkannya burung ini di masa itu. Sifat Leptoptilos
robustus yang adalah pemakan daging, mendorong para peneliti meyakini bahwa
Leptoptilos robustus kemungkinan besar (bisa) memangsa H. floresiensis yang
masih bayi atau anak – anak. Tetapi, Meijer dan Due tidak bisa memberikan
kepastian apakah Bangau Raksasa ini memangsa Hobbit Flores atau sebaliknya
mereka dimangsa Hobbit.
Taxonomy
Saat ini di dunia terdapat 3 spesies Bangau
Raksasa dari marga Leptoptilos yang masih ada yakni :
Leptoptilos
javanicus : wilayah penyebaran India, Nepal, Sri Lanka, Banglades, Myanmar,
Thailand, Vietnam, Malaysia, Laos, Singapore, Indonesia dan Kamboja.
Leptoptilos
dubius : wilayah penyebaran di India bagian utara
Leptoptilos
crumenifer : wilayah penyebaran bagian selatan Shara, Afrika.
Maijer dan Due dalam jurnalnya merinci
taksonomi Leptoptilos robustus sbb:
Kelas: Aves
Bangsa:
Ciconiiformes
Suku:
Ciconiidae
Marga:
Leptoptilos
Jenis:
LEPTOPTILOS ROBUSTUS SP. NOV
https://www.jagarimba.id/leptoptilos-robustus-bangau-raksasa-purba-yang-pernah-hidup-di-flores/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar