Di alam, burung dan pohon memiliki hubungan
timbal balik menguntungkan. Burung madu, tidak hanya mengambil nektar tetapi
juga membantu penyerbukan. Begitu juga dengan rangkong yang mendatangi pohon
ficus sekaligus menebarkan biji.
Ketua Forum Pohon Langka Indonesia [FPLI]
Tukirin Partomihardjo menuturkan, selain penghasil oksigen dan penyedia air
bersih untuk manusia, pohon juga penting bagi kehidupan burung.
“Di alam, burung membutuhkan pohon sebagai
tempat bersarang, juga tempat mencari pakan berupa buah, biji, dan serangga.
Manfaat lainnya adalah mengatur iklim dan memberikan udara segar,”ujarnya.
“Karena burung merupakan salah satu pembentuk hutan, sebagai imbalannya, hutan
menyediakan pakan, tempat bersarang, dan, tempat berlindung bagi burung,”
lanjut Tukirin.
Di Waifoi, Papua Barat, jenis pohon merbau
[Intsia bijuga] dimanfaatkan oleh julang papua [Rhyticeros plicatus] sebagai
sarang. Kenapa dipilih? Tingginya 35-50 m, diameter batangnya besar, serta
berbunga sepanjang tahun.
Tim patroli binaan BBKSDA Papua Barat dan
Fauna & Flora International Indonesia Programme di Waifoi, berhasil
mengamati perilaku burung berparuh besar itu. Ada empat sarang yang digunakan
julang papua dengan jenis pohon merbau.
Londik Gamaru, Renos Gaman, dan Kelvin
Gaman memiliki data aktivitas makan julang papua dari November hingga Desember
2018. Mereka mencatat perilaku jantan yang sedang memberi makan betina dan anak
yang berada di lubang pohon merbau.
“Kami memantau seharian. Jantan bolak balik
ke sarang dari pagi hingga sore. Jam 5.30 WIT, sang jantan sudah memberi makan
hingga sore sekitar 17.15 WIT. Jantan memberikan buah beringin [Ficus sp] dan
melinjo [Gnetum gnemon]. Frekuensi memberikan makanan kepada betina, dari
paling sedikit tiga kali hingga 75 kali. Tergantung besar kecilnya buah,”
jelasnya.
Londik menambahkan, selama dua bulan
memantau empat sarang, tampak empat jantan terus mencari makan untuk
masing-masing betina. “Selain menantau suasana sekitar sarang, jantan akan
bersuara saat ia tiba di sarang membawa makanan.”
Sarang bersama
Uniknya, pohon merbau tidak hanya digunakan
julang papua sebagai sarang. Saat saya berkesempatan memantau burung di Waifoi,
satu pohon merbau bahkan digunakan hingga tiga jenis burung, yaitu julang
papua, nuri bayan [Eclectus roratus], dan kakatua koki [Cacatua galerita].
Sementara di Waisai, Papua Barat, pohon
merbau digunakan bersama elang bondol [Haliastur indus] dan nuri bayan sebagai
sarang. Elang bondol menggunakan sudut cabang sedangkan bagian atas lubang
digunakan sebagai sarangnya nuri bayan.
Adanya sarang bersama, ternyata bermanfaat
untuk menjaga ancaman. Saat saya mengambil gambar terlalu dekat dengan sarang,
misalnya, kakatua akan membunyikan suara peringatan sangat keras. Alhasil,
julang yang tadinya akan menuju sarang, tidak jadi bertengger lalu menjauh.
Pohon tidur
Selain untuk sarang, pohon digunakan juga
untuk tidur. Salah satunya digunakan oleh jenis burung laut, cikalang. Di Pulau
Rambut, cikalang memanfaatkan kepuh [Sterculia foetida] di Suaka Margasatwa
Pulau Rambut.
Berdasarkan hasil penelitian Putri Wardhani
berjudul Studi Tempat Bertengger Burung Cikalang di Suaka Margasatwa Pulau
Rambut, dijelaskan bahwa cikalang memanfaatkan jenis kepuh, karena pohon paling
besar, tinggi. Selain itu, banyak percabangan dan dekat laut di antara jenis pohon
yang ada di Pulau Rambut.
“Pemanfaatan pohon kepuh sebagai tempat
bertengger diduga berkaitan dengan morfologi burung cikalang serta
karakteristik pohon itu sendiri. Dengan ukuran tubuh besar dan sayap lebar,
kepuh mudah untuk dihinggapi. Bentuk kaki cikalang juga mempengaruhi pemilihan
tempat bertengger. Kaki kecil dan sulit untuk berjalan, lebih memilih
percabangan besar, sedangkan ukuran paling tinggi memudahkan cikalang mendarat
atau terbang kembali tanpa merusak sayap,” jelasnya.
Putri menambahkan, cikalang memanfaatkan 21
pohon kepuh di barat dan selatan Pulau Rambut. “Dengan rata-rata tinggi 42.26
m, ternyata pohon ini sama tingginya dengan pohon tempat burung cikalang ini
berasal, di Pulau Christmas, Australia,” jelasnya lagi.
Untuk menyediakan habitat yang tepat bagi
burung, diperlukan hutan dengan jenis pohon beragam. Alasannya, jenis burung
lebih suka dengan hutan alami, bahkan ada spesies yang hanya ada di pinggir
hutan, menyukai hutan campuran.
Bagaimana agar hutan tetap ada? Tukirin
kembali menjelaskan, menanam dan memelihara pohon di lingkungan kita atau
membantu mempertahankan lingkungan agar tetap ditumbuhi pepohonan adalah
satu-satunya cara. “Menjaga pohon di alam berarti menyediakan habitat satwa,
termasuk burung sebagai agen pemencar biji.”
Bumi tanpa pohon tidak akan bisa dihuni
manusia maupun satwa liar. Untuk itu, hutan harus dilestarikan. Hutan tanpa
tegakan pohon tidak bisa disebut hutan. “Hutan menurut UU 41 Tahun 1999 tentang
Kehutanan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan, berisi sumber
daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam dan lingkungan.
Satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan,” paparnya.
(Fransisca
N Tirtaningtyas)
Literatur:
https://www.sciencelearn.org.nz/resources/1163-birds-roles-in-ecosystems
https://arboriculture.wordpress.com/2017/02/13/trees-in-the-ecosystem-pt-iii-trees-birds/
http://www.worldagroforestry.org/treedb2/AFTPDFS/Intsia_bijuga.PDF
Stratford,
J.A and Şekercioğlu, C.H. 2015. Birds in Forest Ecosystems. Handbook of Forest
Ecology. University of Utah.
Wardhani,
P.K. 2011. Studi Tempat Bertengger Burung Cikalang Di Suaka Margasatwa Pulau
Rambut. Skrispsi. Program Studi Biologi, Jurusan Biologi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar