Senin, 22 Januari 2018

BURUNG BURUNG MATI DENGAN PERUT PENUH DENGAN SAMPAH YANG KITA BUAT

Chris Jordan mengambil sebuah gambar ini di Pulau Midway lebih dari 8 tahun lalu.  Chris mengira setelah orang-orang melihat gambar itu, pemikiran mereka akan berubah.  Namun bertahun-tahun berlalu sejak gambar itu ia ambil, Chris tidak melihat banyak hal yang berubah.  Oleh karena itu, Chris menceritakan kegelisahannya lewat sebuah postingannya di huffingtonpost.com pada Rabu (3/1/2018).
Di Atol Midway, sebuah atol yang terletak di Samudera Pasifik bagian utara, ada sebuah tragedi besar terjadi.  Dilaporkan puluhan ribu anak burung albatros terbaring mati di tanah dengan perut mereka penuh sampah plastik. Dilaporkan induk burung albratos memberikan makanan yang salah pada anaknya ketika mereka mencari makanan di Samudera Pasifik, yang ternyata sudah tercemar sangat luas. Tanpa sadar, burung-burung dewasa itu membawa pecahan sampah plastik-plastik itu. Lalu memberikannya sebagai makanan kepada anak-anaknya. Padahal sampah-sampah plastik itu adalah sesuatu yang mematikan.

Diketahui, pulau Midway sangat ikonik. Pulau ini terletak di benua Amerika dekat pusat Pasifik, dikelilingi oleh 96 juta km peresegi laut terbuka ke segala arah. Bisa dibilang pulau ini adalah pulau terjauh dari benua manapun di Bumi.  Namun walau letaknya sangat jauh, bagi Chris pemandangan ini seperti melihat cermin yang mengerikan.  Midway seperti merefleksikan kembali tidak adanya kesadaran budaya konsumsi besar yang kita lakukan.
Perut kosong atau karena berlebihan, kita manusia, seperti elang laut yang kehilangan kemampuan untuk membedakan apa yang bergizi atau beracun bagi tubuh, semangat, politik, dan budaya kita.  Dalam 8 kali perjalanan Chris ke Midway, dia hampir tak dapat lagi menghitung berapa banyak burung yang ia temui, tersedak korek api, sikat gigi, tutup botol, dan sampah plastik lainnya.  Perasaan sedih, marah, dan rasa malu selalu Chris rasakan.
Namun kesedihan bukanlah sebuah keputusasaan, kesedihan sama dengan cinta. Chris berkata, 'Kita merasakan kesedihan atas penderitaan makhluk lain karena kita mencintai mereka.  Kesedihan adalah portal ke bagian terdalam dari diri kita sendiri, dimana kebijaksanaan dan belas kasih kita berada."
"Saya percaya jika kita dapat mengumpulkan keberanian untuk bersedih bersama secara kolektif, untuk semua hal yang hilang di dunia kita, maka cinta akan kembali, bersamaan dengan itu, kemurahan hati, sukacita, juga kedamaian kita."
Burung-burung ini bukan hanya menakutkan dan tragedi, tapi juga pengingat dan pembaharuan.  Kita memang harus merasakan kesedihan itu, tapi tidak untuk terlarut di dalamnya.  Tekad kita untuk memperbaiki kebiasaan kita dari hal kecil, akan membuat dunia berubah, dan itulah yang terpenting dari segalanya.  Harus selalu kita ingat, manusia bukanlah satu-satunya makhluk yang membutuhkan rasa aman atau nyaman di bumi ini (Chris Jordan).

SUMBER: http://intisari.grid.id/Unique/Others/Sedih-Burung-Burung-Ini-Mati-Dengan-Perut-Penuh-Sampah-Dan-Itu-Semua-Karena-Ulah-Kita?page=all

Tidak ada komentar:

Posting Komentar