Jumat, 28 Mei 2021

UKURAN BURUNG MENYUSUT AKIBAT PERUBAHAN IKLIM

 

Penelitian terbaru dari Lab Cornell of Ornithology di New York memperkirakan 600 juta burung di Amerika Serikat (AS) mati setiap tahun setelah menabrak gedung-gedung tinggi. Namun yang menarik, peneliti menemukan semakin ke sini ukuran burung yang terbang tersebut semakin kecil atau menyusut. Selama 40 tahun terakhir, para ilmuwan dan sukarelawan dari Chicago's Field Museum telah mengumpulkan ribuan burung yang jatuh di luar gedung kaca kekar dan gedung pencakar langit di sekitarnya.  Dave Willard, manajer koleksi museum, mengambil sendiri untuk mengukur masing-masing hewan yang mati dan menyimpannya di katalog data di buku besar.

Sekarang, para ilmuwan telah menganalisis dataset Willard yang sangat rinci dalam sebuah penelitian yang diterbitkan minggu ini di Ecology Letters. Dilansir Discovery, Sabtu (7/12), penelitian menunjukkan bahwa selama empat dekade terakhir, ukurna burung yang bermigrasi telah menyusut. Perubahan yang menurut penulis adalah hasil dari perubahan iklim. Pada 1978, Willard pertama kali mendengar tentang burung-burung yang menghantam McCormick Place, yang terletak lebih dari satu mil dari Field Museum. Suatu pagi, dia berjalan di sekitar gedung untuk menemukan beberapa burung mati tergeletak di tanah.

Sejak itu, Willard dan sukarelawan lainnya telah mengumpulkan lebih dari 100 ribu burung mati. Dan Willard meluangkan waktu untuk mengukur setiap spesimen individu dengan saksama, mencatat panjang paruh, kaki, dan sayap hewan dengan kaliper (instrumen presisi untuk mengukur benda-benda kecil) dan massa mereka dengan skala. Dia kemudian menuliskan semua hasilnya di sebuah buku besar dengan tulisan tangan. Awalnya, kata Willard, idenya adalah untuk melihat apakah pola cuaca yang berbeda berdampak pada beragam spesies yang memulai perjalanan epik lintas benua dari tahun ke tahun. Tetapi ketika para ilmuwan melihat besarnya jumlah burung yang bertabrakan dengan bangunan kota, mereka menyadari potensi untuk mempelajari apakah perubahan signifikan secara statistik benar-benar terjadi. "Saya seorang penghasil data yang lebih baik daripada sebagai seorang penganalisa data. Dan perubahannya cukup kecil sehingga kita tidak bisa melihatnya," kata Willard.

Kamis, 27 Mei 2021

ILMUWAN TELITI JUTAAN BURUNG DENGAN PERUT PENUH BATU APUNG

Para peneliti sedang bekerja sama untuk memecahkan misteri mengapa tiga jutaan burung laut yang bermigrasi ditemukan mati dengan perut penuh batu apung. Peristiwa itu terjadi pada 2013.

Batu apung adalah batuan vulkanik yang berisi gelembung udara dan terkadang dapat membentuk rakit besar dari letusan bawah laut. Salah satu rakit yang terbesar yang tercatat di zaman modern, terdapt di pantai timur Australia pada tahun 2013. Pada saat itu ditemukan bersama dengan jutaan unggas yang mati. Dari hasil penelitian sementara, burung memakan batu apung karena kelaparan.

"Hasil kami menunjukkan kalau burung sudah kelaparan pada saat menelan batu apung dan keadaan kelaparan akan tercermin dari kondisi tubuh yang buruk dan berkurangnya massa otot. Mereka makan batu apung karena mereka kelaparan," kata Ahli Burung CSIRO Lauren Roman dikutip dari brisbanetimes pada Kamis, (25/3). "Studi ini memiliki implikasi untuk kematian massal dan memperburuk ancaman yang ada terhadap spesies laut," kata dia.

Sementara itu, Ahli Geologi QUT Scott Bryan mengatakan akan mencari tahu apa yang terjadi di sekitar waktu migrasi burung. Ia menggunakan pemodelan komputer untuk melacak di mana burung-burung itu kemungkinan besar akan melakukan perjalanan dan kemudian melapisinya dengan jalur rakit batu apung, yang berasal dari letusan gunung berapi bawah laut Havre pada akhir tahun 2012 di Selandia Baru.

SURAT LAMA ALBERT EINSTEIN UNGKAP BURUNG PUNYA KEMAMPUAN SUPER

 

Beberapa dekade sebelum kita tahu burung bisa melihat medan magnet Bumi, Albert Einstein membahas kemungkinan kemampuan indra super yang belum ditemukan, yang dia tuliskan dalam sebuah surat. Surat dari Einstein ini ditulis pada tahun 1949, berisi jawaban atas pertanyaan dari salah satu ilmuwan lainnya bernama Glyn Davys tentang kemampuan burung. Jawaban Einstein dalam surat ini memperlihatkan kemampuannya yang luar biasa dalam bidang biologi dan fisika.

Adapun pertanyaan asli dari Davys yang memulai korespondensi tidak berhasil ditemukan. Namun jika menilai dari jawaban Einstein, pertanyaan Davys berkaitan dengan persepsi hewan dan apa yang dapat dikatakannya terkait fisik. "Dapat diperkirakan bahwa penyelidikan tingkah laku burung migran dan merpati pos suatu hari nanti dapat mengarah pada pemahaman tentang beberapa proses fisik yang belum diketahui," tulis Einstein dalam jawabannya.

Dikutip dari Science Alert, Senin (17/5/2021) lebih dari 70 tahun kemudian, kita sekarang tahu perkiraan Einstein benar. Bukti-bukti yang ada sekarang menunjukkan bahwa burung dapat merasakan medan magnet Bumi menggunakan fotoreseptor khusus di mata. Burung memiliki mata yang sangat sensitif terhadap pergeseran halus medan magnet planet. Kemampuan inilah yang memungkinkan mereka bermigrasi ribuan kilometer tanpa tersesat. Hewan lain, seperti penyu, anjing, dan lebah, juga menunjukkan kemampuan luar biasa untuk merasakan medan magnet planet, meski tidak selalu melalui mata.