Selasa, 31 Desember 2019

5 FAKTA BURUNG KOLIBRI, BURUNG TERKECIL YANG NYALINYA GAK KECIL!


Apakah kamu tahu burung kolibri? Burung kolibri adalah burung yang menyandang status burung terkecil di dunia. Tapi di balik badannya yang kecil, burung ini menyimpan sejumlah fakta mengagumkan lho. Penasaran? Yuk langsung kita lihat apa saja sih keunikan burung mungil ini.
1. Seberapa kecil kolibri?
Sebuah spesies kolibri yaitu kolibri lebah (Mellisuga helenae) tercatat sebagai burung terkecil di dunia. Seberapa kecil memangnya? Panjang kolibri lebah dewasa hanya mencapai 5,7 cm dari paruh hingga ekor. Yap, panjang burung ini kira-kira sama dengan jari kelingking tanganmu!
Karena sangat kecil, maka berat burung ini pun juga sangat ringan, yaitu hanya sekitar 1,6 gram. Itu 5 kali lebih ringan daripada berat uang logam Rp. 1.000 lho! Para ilmuwan percaya bahwa itulah bobot paling ringan yang mungkin dimiliki seekor hewan dewasa berdarah panas.
2. Punya kepakan sayap tercepat di dunia
Ukuran terkecil bukan satu-satunya rekor dunia yang dimiliki oleh kolibri. Mereka juga tercatat sebagai burung dengan kepakan sayap tercepat di dunia. Seberapa cepat? Saat musim kawin, kolibri berleher rubi (Archilochus colubris) bisa mengepakkan sayapnya dengan kecepatan 200 kepakan per detik!

BURUNG-BURUNG TERJEBAK PERANGKAP PERUBAHAN IKLIM


Perubahan iklim diperkirakan akan membuat perangkap bagi penguin Afrika yang membuat satwa ini mencari makanan di tempat minim ikan, demikian diungkapkan melalui pemindaian satelit.
Lebih lanjut, dampak tersebut bisa meningkatkan risiko kematian akibat kehausan yang dialami oleh burung penyanyi gurun di AS hingga empat kali lipat, ungkap para peneliti. Namun, menurut studi lanjutan, elang yang bermigrasi, pemburu alami di dunia burung, masih dapat beradaptasi dengan ketidakpastian jangkauan dan potensi mangsa.
Perubahan iklim, didorong oleh pemanasan global yang terjadi akibat pembakaran bahan bakar fosil yang menghasilkan gas rumah kaca ke atmosfer, telah menciptakan masalah bagi banyak spesies.
Tekanan Penghancuran Habitat
Para peneliti telah berulang kali mengingatkan bahwa beberapa burung dan reptil yang sudah berada di bawah tekanan penghancuran habitat dan polusi dapat menghadapi kepunahan.
Hal ini juga bisa dialami oleh AS dan Inggris yang sudah lebih dahulu melakukan langkah konservasi. Lebih lanjut, burung-burung tersebut, yang bertelur pada satu zona iklim dan lainnya di musim dingin, akan menghadapi masalah pada kedua region tersebut.

Sabtu, 28 Desember 2019

LEPTOPTILOS ROBUSTUS; BANGAU RAKSASA PURBA YANG PERNAH HIDUP DI FLORES

Sumber: carnivora.net

Seorang misionaris Katolik sekaligus arkeolog asal Belanda bernama Theodor L. Verhoeven, SVD (1907 – 1990) melaporkan hasil temuan yang mengejutkan pada tahun 1950an – 1960an di beberapa lokasi di Flores. Salah satu lokasi paling penting dalam laporannya adalah gua gamping Liang Bua, yang terletak di Desa Liang Bua, Kecamatan Rahong Utara, Kabupaten Manggarai, NTT. Temuan itu adalah fosil alat -alat batu dan fosil Stegodon yang diperkirakan berusia 800.000 tahun. Verhoeven lantas berpendapat bahwa jauh sebelum manusia modern ada, manusia purba Homo erectus telah mencapai pulau Flores pada sekitar 750.000 tahun lalu. Sayangnya, hingga Verhoeven meniggal dunia, hipotesisnya diabaikan oleh para ilmuwan dan arkeolog dunia. Baru pada akhir 1990-an, setelah dilakukan proses pengujian atas kerjasama Indonesia – Belanda, akhirnya hipotesis Verhoeven mulai diterima.
Pada tahun 2001, eksavasi pertama dilakukan di Liang Bua oleh tim gabungan Indonesia yang dipimpin oleh Raden Pandji Soejono dari Badan Arkeologi Nasional dan Australia yang dipimpin oleh Mike Morwood dari Universitas New England. Pada 2003, eksavasi ini berhasil menemukan fosil spesies manusia baru dan terkecil di dunia berusia 17.000 tahun, yang dikenal dengan nama Homo floresiensis dan populer disebut Hobbit Flores.

Minggu, 22 Desember 2019

PUNAI MENETAS DI KPB SPILORNIS


Tepat pada jam 08.00, dihari minggu tanggal 17 November rangkaian acara pelantikan punai dan menetas berakhir.  Berakhirnya kegiatan dengan tema “Menjunjung tinggi semangat dalam berorganisasi dan meningkatkan nilai solidaritas guna terwujudnya pengamat burung yang berkualitas” ini ditandai dengan dilantiknya peserta terakhir oleh salah satu anggota dewan ketua Kurnia Sandy.
Kegiatan yang dilaksanakan dari tanggal 15 sampai 17 September ini, berisi dua kegiatan utama yaitu kegiatan punai bagi anggota dengan status juvenile dan immature.  Kegiatan punai merupakan singkatan dari pelantikan untuk naik tingkat.  kegiatan ini dilaksanakan untuk melantik anggota dengan status juvenile menjadi anggota immature, serta angota immature menjadi anggota tetap yang telah lulus ujian naik tingkat.  Terdapat 22 anggota juvenile yang menjadi immature, dan 16 anggota immature menjadi anggota tetap. Kegiatan menetas merupakan istilah bagi anggota baru (telur) yang akan menetas menjadi anggota juvenile baru dan menjadi bagian dari keluarga besar Kpb. Spilornis Fahutan Untad. Kegiatan menetas kali ini berhasil menetaskan sebanyak 24 individu juvenil, yang terdiri dari  9 male dan  15 female.